
JAKARTA, Newstime.id – Kompetisi Liga 1 2022/2023 berpeluang akan bergulir 2 Desember jika mendapatkan izin dari pihak kepolisian. Namun, PSSI dan PT LIB dijadwalkan akan rapat koordinasi (rakor) bersama kepolisian untuk memutuskan kompetisi bisa berjalan.
Sebelumnya, PT LIB telah bertemu dengan Menpora Zainudin Amali, dalam rakor penyelenggaraan sepakbola Liga 1 yang dihadiri klub-klub, kepolisian, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU PR) di Auditorium Wisma Kemenpora, Senin (28/11/2022).
“Kami diundang oleh Mabes dan besok (hari ini) hasilnya. Jadi Asops itu mengundang lagi mematangkan terkait pengamanan seperti apa dan pasti ingin ada masukan kalau-kalau pakai bubble seperti apa, secara teknis bagaimana,” kata Direktur Operasional PT LIB Sudjarno Sudjarno dilansir detikSport usai rapat koordinasi Senin (28/11).
Sudjarno menambahkan, rakor bersama pihak kepolisian akan membahas secara spesifik perihal keamanan selama pertandingan berlangsung. Sekaligus format yang akan digunakan pada putaran kedua nanti.
“Kemudian penanggung jawabnya dan segala macam, dan nanti putaran kedua bakal bagaimana. Jadi besok terkait pengamanan dibahas termasuk itu (steward). Terkait pengamanan bagaimana di diterapkannya termasuk dengan Perpol atau tidak,” paparnya.
Tak hanya itu, Sudjarno sekaligus mempertegas kemungkinan kompetisi Liga 1 menerapkan sistem bubble dan tanpa penonton. Ini dilakukan sebagai bahan evaluasi ke depan sebelum format home-away kembali berjalan.
“Pertama akan digelar bubble, kita menyampaikan bubble ini untuk satu putaran pertama. Kemudian selama bubble itu akan kami evaluasi dan kemudian kami akan melanjutkan home away dengan atau tanpa penonton ya itu nanti hasil koordinasinya seperti apa,” kata Sudjarno.
Seperti diketahui, Liga 1 telah terhenti selama sebulan lebih usai terhenti sejak awal Oktober lalu. Penghentian sementara itu dilakukan sebagai dampak dari kerusuhan Liga 1 usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya pada 1 Oktober lalu di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Adapun Tragedi Kanjuruhan menelan 135 korban jiwa, serta ratusan korban luka-luka. Atas kejadian tersebut, sepakbola Indonesia juga mendapat perhatian dunia, termasuk FIFA.