MAKASSAR, Newstime.id – Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto menyebut media penyiaran radio bisa tetap eksis di tengah era digital saat ini.
Banyaknya muncul saluran media baru tidak lantas membuat radio kehilangan pendengar. Katanya, radio memiliki keunggulan tersendiri. Kekuatannya terletak pada narasi.
Hal tersebut disampaikan Danny Pomanto saat menjadi narasumber talkshow dalam rangka Hari Penyiaran Nasional di Radio SC FM, Jalan Landak, Sabtu (1/04/2023).
Danny Pomanto tampil bersama Edy Thamrin Praktisi Senior Industri Penyiaran Radio, dan Riswan Muchsin Komisioner KPID Sulsel.
Mereka membahas ‘Eksistensi Industri Siaran Radio Sebagai Sub Sektor Ekonomi Kreatif dalam Misi Mendukung Upaya Pemerintah Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat’.
Danny Pomanto mengatakan radio merupakan ruang imajinatif. Di mana masyarakat dapat mengimajinasikan informasi yang disampaikan narasumber atau penyiar di radio.
Sehingga menurutnya kekuatan narasi pada media penyiaran radio menjadi penting untuk membangun kecerdasan masyarakat.
Termasuk menangkal hoax yang saat ini kian marak di media sosial. Beredar banyak video hoax yang sudah ter-framing dan merugikan pihak tertentu.
“Dalam positioning seperti inilah kekuatan radio akan ter-charger lagi (untuk menjawab pasang surut radio di era digital). Jadi kekuatan radio menjadi bertambah dengan adanya hoax,” kata Danny Pomanto.
Menurutnya, media penyiaran radio kuat secara pesan. Untuk itu, ia meminta teman-teman di radio untuk berinovasi bagaimana membangun kedekatan dengan pendengar.
“Radio itu lebih kuat secara pesan, pada tempat yang tepat dan pada narasumber yang tepat. Tinggal bagaimana ketepatan itu jadi kreativitas dan olahan-olahan dari teman-teman di radio,” ungkapnya.
“Kedekatan kita dengan pendengar harus terus di-research dan kita sempurnakan dengan inovasi-inovasi,” tambahnya.
Misalnya, inovasi Pemkot Makassar seperti motor listrik ‘Tettere’ dan mobil listrik Co’mo (Commuter metromoda), perlu diperkenalkan lewat narasi di radio kepada masyarakat luas. Termasuk program Jagai Anakta’.
“Mestinya radio yang menjelaskan apa itu Co’mo. Bisa diimprov, mainkan dalam narasi yang lebih rilex. Jadi banyak penjelasan naratif yang lebih kuat daripada video,” tutupnya. (*)