
LUWU UTARA, Newstime.id – Banjir di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) sudah enam bulan menggenangi pemukiman warga di Dewa Wara. Banjir belum surut, warga kembali diteror buaya sepanjang 3 meter yang kerap muncul ke permukaan.
Kepala Desa Wara Basruddin mengaku buaya pertama kali muncul sekitar pukul 16.00 Wita pada Senin (22/5). Warga yang melihat predator tersebut sontak merekam menggunakan ponselnya.
“Sore itu sekitar jam 4 sore. Ada warga yang lihat kemudian direkam,” ujar Basruddin saat dikonfirmasi detikSulsel, Selasa (23/5/2023).
Basruddin menduga buaya tersebut berasal dari Sungai Rongkong. Predator itu bisa masuk ke pemukiman warga yang terendam banjir melalui sela-sela tanggul sungai yang jebol.
“Itu dari Sungai Rongkong, dipastikan masuk lewat tanggul jebol itu,” tuturnya.
Saat ini buaya tersebut masih bebas berkeliaran di wilayah pemukiman warga di Desa Wara. Pasalnya warga tidak berani mengevakuasi buaya lantaran takut diterkam.
“Sekarang hilang lagi tapi mungkin saja masih berkeliaran sekitar sini, warga juga tidak berani evakuasi jadi dibiarkan saja,” ucapnya.
Sementara itu, salah satu warga bernama Niwil menjelaskan kondisi masyarakat yang terdampak banjir mulai terancam. Pasalnya banyak warga harus kehilangan mata pencaharian hingga anak-anak terancam putus sekolah akibat banjir berkepanjangan.
“Sudah banyak warga tidak punya penghasilan lagi, gedung sekolah juga terendam jadi anak-anak terancam putus sekolah karena keadaan ini,” ujar Niwil dikonfirmasi terpisah.
Warga pun mendesak agar pemerintah pusat segera menangani tanggul yang rusak tersebut, lantaran tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya.
“Kami mendesak pemerintah pusat untuk turun tangan atasi tanggul jebol di Sungai Rongkong,” tuturnya.
Niwil mengaku sempat menyampaikan kondisi banjir yang menimpa warga ke pihak Balai Besar Jeneberang. Namun pihak balai hanya bisa memberikan solusi jangka pendek dengan menutup tanggul menggunakan jumbo bag.
“Kita kemarin juga sudah sharing bersama Balai Besar Jeneberang. Tapi pihak balai hanya memberikan solusi jangka pendek dengan cara penutupan tanggul menggunakan jumbo bag,” ungkapnya.
Dia melanjutkan pihak balai tidak bisa melakukan penanggulangan jebolnya tanggul Sungai Rongkong. Pihak balai mengaku tidak memiliki anggaran untuk normalisasi tanggul Rongkong.
“Memang harus ada normalisasi sungai. Tapi saat kami tanya ke balai katanya mereka tidak punya anggaran untuk melakukan itu,” pungkasnya.